Lombok dikenal dengan panorama alamnya yang memukau seperti Gili Trawangan, Pantai Tanjung Aan, dan Gunung Rinjani. Namun, di balik keindahan alamnya, Lombok menyimpan kekayaan spiritual yang belum banyak diketahui wisatawan. Tempat-tempat ini bukan sekadar destinasi wisata, melainkan ruang sakral penuh makna, ritual, dan filosofi hidup masyarakat lokal yang masih lestari hingga kini. Artikel ini akan membimbing Anda menelusuri sisi lain dari Lombok: wisata sakral yang menyentuh jiwa dan membuka cakrawala budaya.
Wisata sakral tidak hanya menawarkan pengalaman visual, tetapi juga memperkaya pemahaman tentang budaya, sejarah, dan sistem kepercayaan masyarakat lokal. Di Lombok, wisata seperti ini sangat erat kaitannya dengan tradisi suku Sasak, Wetu Telu, dan nilai-nilai spiritual Hindu dan Islam. Berkunjung ke tempat-tempat ini memberi kesempatan untuk menyaksikan bagaimana masyarakat setempat menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Beberapa keunikan wisata sakral di Lombok antara lain:
Terletak di lokasi yang sulit dijangkau, sering kali di tengah hutan atau perbukitan.
Dihormati sebagai pusat ritual adat tahunan.
Memiliki mitos dan cerita turun-temurun yang dipercaya hingga kini.
Tidak semua tempat dibuka untuk umum, menandakan kesakralannya.
Terletak di Narmada, Lombok Barat, Pura Lingsar adalah kompleks suci yang unik karena menjadi tempat ibadah bagi umat Hindu dan Islam Wetu Telu. Dibangun pada tahun 1714 oleh Anak Agung Ngurah, pura ini menggambarkan harmoni antar agama di Lombok.
Setiap tahun, umat Hindu dan penganut Wetu Telu mengadakan upacara “Perang Topat”, yaitu ritual lemparan ketupat sebagai simbol syukur dan perdamaian. Air di kolam dalam kompleks ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan menyembuhkan.
Gunung Pengsong terletak di Desa Kuripan, sekitar 10 km dari Mataram. Di puncaknya terdapat Pura Pengsong yang dikelilingi hutan kecil dan dihuni oleh ratusan monyet liar. Gunung ini dipercaya sebagai tempat pertapaan dan meditasi sejak zaman dahulu.
Wisatawan yang naik ke puncak bukan hanya disuguhi pemandangan Selat Lombok, tetapi juga merasakan aura tenang dan spiritual yang kuat. Di beberapa waktu tertentu, masyarakat Hindu menggelar upacara suci di pura ini.
Makam Loang Baloq terletak di pinggir Pantai Tanjung Karang, Mataram. Tempat ini merupakan lokasi ziarah bagi umat Islam dan dipercaya sebagai makam seorang ulama penyebar Islam di Lombok.
Menariknya, meski berada di tepi pantai, kawasan ini sangat tenang dan dipenuhi oleh doa dan zikir dari para peziarah. Terdapat juga sumur tua yang konon airnya bisa membawa berkah.
Aiq Nyet (air dingin) merupakan sumber mata air yang dianggap suci oleh masyarakat Sasak. Salah satunya terletak di kawasan Lingsar dan dimanfaatkan untuk ritual pembersihan diri sebelum upacara adat.
Selain itu, beberapa desa adat seperti Bayan dan Sembalun juga memiliki air suci yang hanya digunakan saat ritual keagamaan. Keberadaan sumber air ini menunjukkan hubungan spiritual masyarakat Lombok dengan alam.
Bau Nyale adalah ritual sakral yang digelar setiap tahun di Pantai Seger, Lombok Tengah. Tradisi ini merupakan perwujudan legenda Putri Mandalika yang menjelma menjadi nyale (cacing laut). Masyarakat berbondong-bondong ke pantai untuk menangkap nyale yang dipercaya membawa kesuburan.
Lebih dari sekadar festival, Bau Nyale adalah bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur. Sebagian warga juga melakukan doa dan ritual khusus sebelum terjun ke laut.
Di Lombok Utara, khususnya di Bayan dan Senaru, masyarakat masih menjalankan ajaran Islam Wetu Telu yang memadukan unsur Islam, animisme, dan Hindu. Tradisi Maleman, yakni berdoa di malam-malam tertentu bulan Islam, merupakan praktik spiritual yang khusyuk.
Mereka juga menjaga masjid kuno berbahan kayu dan ijuk, seperti Masjid Kuno Bayan Beleq, yang menjadi pusat kegiatan spiritual masyarakat Wetu Telu.
Berpakaian Sopan: Hindari pakaian terbuka saat mengunjungi tempat suci.
Ikuti Aturan Lokal: Beberapa tempat melarang pengambilan gambar atau memasuki area tertentu.
Gunakan Pemandu Lokal: Pemandu lokal dapat menjelaskan filosofi dan makna setiap ritual atau tempat.
Hargai Proses Ritual: Jangan mengganggu jalannya upacara, cukup mengamati dari kejauhan.
Bersedekah atau Membawa Sesajen: Di beberapa tempat, wisatawan bisa ikut membawa sesajen atau berdonasi sebagai bentuk penghormatan.
Jangan menyentuh benda suci atau altar tanpa izin.
Jangan berbicara keras atau bercanda di area sakral.
Jangan mengambil apa pun dari lokasi (tanah, air, bunga, dsb).
Jangan meremehkan kepercayaan lokal, sekalipun terdengar tidak lazim.
Wisata sakral di Lombok bukan hanya soal tempat, tapi tentang perjalanan jiwa dan penghargaan terhadap tradisi. Setiap lokasi mengandung makna yang dalam, diwariskan turun-temurun oleh masyarakat yang menghormati leluhur dan alam. Mengunjungi tempat-tempat ini adalah langkah kecil namun berarti untuk memahami kearifan lokal yang mulai tergerus zaman.
Bagi wisatawan yang ingin merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar keindahan alam, wisata spiritual di Lombok bisa menjadi pilihan tak tergantikan. Ia menyentuh, menginspirasi, dan meninggalkan kesan mendalam.
Selamat menjelajah sisi sakral Pulau Lombok. Hormati, resapi, dan pelajari.
Lihat Berita Lombok Lainnya
Lombok Tour Booking | Powered by PT Pulau Mas Adidaya Abadi
Discover Lombok's best tours! WhatsApp us now for details!